~Syukur... tidak cukup hanya diraikan dengan asma Allah~

~Nikmat kehidupan... tidak terhitung nilaiannya~


Nikmat yang Allah kurniakan kepada kita cukup banyak. Walau kita kira... kita hitung tidak cukup angka-angka yang kita ada. Kalau dibandingkan dengan cakrawala ini... yang cukup besar: yang kita kata infiniti, nikmat Allah itu masih tidak terhitung bilangannya. Mahupun yang kita nampak dalam alam musyahadah atau yang kita tak nampak. Tak mampu gapai sekalipun.



"Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."


Surah Al-Kahfi:109


Kita telusuri hidup kita nan indah ini.


Bermula dari alam roh yang sedikit yang kita tahu. Bermula daripada penciptaan kita ke muka bumi. Bertuahnya kita. Dalam 120 juta sperma yang berjuang untuk masuk ke dalam ovum, kitalah yang terpilih. Hanya satu... dan kitalah yang satu itu. Berjuang untuk melihat dunia, pernahkah kita tahu kesusahan dan kesakitan si ibu?




Dalam perjalanan hidup di dunia pula bermacam-macam nikmat yang Allah beri. Allah beri kita anggota yang tiada cacat celanya, diberi kepintaran, diberi segala-galanya. Apa yang kita minta... harap, semuanya dapat. Nikmat yang kita nampak sudah tak terhitung. Belum dikira nikmat yang kita tidak nampak lagi. Nikmat apa?




Pernah dalam perbentangan kelas, sahabat saya membuat perbandingan masa: berapa lama kita boleh hidup tanpa makanan, air, udara. Dilukis satu bulatan di atas whiteboard. Tanpa makanan, kita mungkin boleh bertahan selama 3 minggu untuk hidup; tanpa air, mungkin 3 atau 4 hari; dan tanpa udara? Berapa lama kita boleh bertahan? Lihatlah... itu dia nikmat Allah yang kita tak nampak, tapi peranannya sangat-sangat besar.




Saya, terkedu sebentar. Berfikir. Kalaulah Allah tarik nikmat udara pada saat itu??? Allah... tak mampu saya bayangkan.



Berapa kalikah kita bersyukur pada Allah setiap hari? Ironinya, manusia ini... bila Allah tarik nikmat-nikmat tertentu baru dia kenal erti syukur. Allah beri kesihatan, namun tiba-tiba Allah tarik nikmat tersebut... dapat penyakit, pergerakan terbatas, baru dia tahu nikmatnya sihat. Waktu sihat... jarang-jarang kita ingat pada Allah. Sebab itu, walaupun Allah timpa kita dengan musibah... perlu juga panjatkan kesyukuran. Itu tanda Allah tidak melupakan kita. Tidak mahu kita terus hanyut dalam arus 'melupakan-Nya'.




Itu nikmat yang kita nampak... kita rasa. Bagaimana pula nikmat yang kita tidak nampak? Dua nikmat terbesar yang kita jarang-jarang ambil peduli. Nikmat apa? Zaman persekolahan dulu sebelum mula kuliah, ustaz saya selalu kata,


"Bersyukur kita dengan nikmat Islam dan iman yang Allah beri..."



Ini dia sahabat-sahabat... dua nikmat terbesar yang kita jarang-jarang bersyukur atas kurniaan-Nya. Kerana apa? Kerana nikmat ini kita tidak nampak. Sedangkan nikmat yang nampak pun kita selalu dustakan... inikan pula yang tak nampak.


"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"


Surah Ar-Rahman:13




Kalau nikmat-nikmat zahir Allah tarik, kita sedar dan mungkin menyesal jika tidak guna dan syukur dengan selayaknya. Tapi bagaimana dengan 2 nikmat ini? Kita perasankah kalau Allah tarik nikmat ini? Kita ambil beratkah? Kita menyesalkah? Menjadi lumrah... yang tidak nampak memang kita tidak pernah ambil peduli. Sedangkan dosa dan pahala pun kita tidak ambil kisah... inikan pula 2 nikmat ini.



Jadi bilakah penyesalan timbul jika benar-benar Allah tarik nikmat ini?



Jawapannya nanti. Di Yaumul Hisab... Bila amalan sudah ditimbang tara... pada masa itulah kita akan benar-benar menyesal akan kehilangan 2 nikmat ini. Namun, fikirlah... berbaloikah penyesalan tika itu? Di saat tak mungkin kembali ke dunia walau sesaat pun. Berbaloikah penyesalan kala itu? Justeru, kalau Allah sudah beri kita nikmat Islam dan Iman... maka peliharalah. Peliharalah dua nikmat ini semaksimum kudrat yang kita ada.




Pernah Ustaz Fikri menyebut perkara ini dalam kuliahnya. Kita kata kita Islam, kita beriman... tapi benar-benarkah kita mengamalkan cara hidup Islam yang ditetapkan syariat? Benarkah kita beriman dengan sebenar-benar iman? Fikirlah...




Mungkin ramai juga yang lupa. Kalau dapat satu kebaikan, kesenangan yang selalu keluar dari mulut kita perkataan apa?


"Wah... bestnya"
"Seronoknya."



Ramai yang lupa untuk raikan setiap kesenangan mahupun kesusahan dengan mengintrepitasikan kesyukuran itu dengan asma Allah... kalimah 'Alhamdullillah'. Lafaz sahaja tidak cukup... yang perlu adalah aplikasi daripada lafaz tersebut iaitu membuktikan kesyukuran kita dengan amal.




Amal yang selayaknya sebagai tanda kita bersyukur atas nikmat Allah. Bagaimana? Guna nikmat Allah dengan sebaik-baiknya: guna untuk kebajikan tanpa pembaziran dan dengan penuh sifat kehambaan. Segalanya Allah yang beri. Kudrat, keizinan semuanya dari Allah. Kita ini, hanya sebagai alat yang menzahirkan segala kudrat itu. Hakikatnya... semuanya Allah yang beri. Kita... tiada apa-apa sebenarnya.



"Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam. Kamukah yang menumbuhkannya atau Kamikah yang menumbuhkannya? Kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan dia hancur dan kering, maka jadilah kamu hairan dan tercengang."
Surah Al-waqiah:63-65



"Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah yang menurunkannya? Kalau Kami kehendaki, nescaya Kami jadikan dia masin, maka mengapakah kamu tidak bersyukur?"
Surah Al-waqiah:68-70



"Maka terangkanlah kepadaku tentang api yang kamu nyalakan (dengan menggosok-gosokkan kayu). Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang menjadikannya? Kami jadikan api itu untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir di padang pasir. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang Maha Besar."
Surah Al-waqiah:71-74



Sungguh... nikmat Allah terlalu banyak untuk kita. Ayuh, syukurlah. Buktikan dengan amal.


...................................

2 comments:

salamun alaiki. ana adri bikalaamuki an "lafaz sahaja tidk cukup, yang perlu....". lianna fi maksudun Al-imanuhu...

 

salamun alaik.

sama2 kita memperbaiki diri dengan meningkatkan kesyukuran dlm setiap gerak geri kita... InsyaAllah.
moga Allah redha~

 

Post a Comment